Sunday, November 6, 2016

pemanfaatan potensi pisang

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara agraris yaitu Negara yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi dan bagus untuk kegiatan pertanian. Hal itu dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia yang  mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani untuk melakukan kegiatan pertanian salah satunya menanam buah pisang.
Buah pisang sudah banyak dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Buah ini mengandung banyak zat bergizi yang berguna untuk tubuh kita apabila dikonsumsi. Selain untuk konsumsi, buah pisang juga digunakan sebagai olahan produk-produk makanan yang bias menghasilkan nilai rupiah.
Adanya perkembangan teknologi atau pengetahuan tentang produksi dan pemanfaatannya terlihat usaha tani pisang ini akhirnya mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi untuk pasar dalam maupun luar negeri sehingga berkembang menjadi suatu usaha yang bercorak komersial, yang dicirikan oleh penjualan sebagian besar atau seluruh hasil produksinya, perhatian pada komoditas inipun mulai meningkat sehingga diketahui bahwa komoditas pisang pada tahun 1991, 1992, dan 1994 merupakan salah satu komoditas yang memberikan kontribusi dalam inflasi (mulyani, s. i., 1997)
Secara keseluruhan tanaman pisang merupakan tanaman buah yang cukup prospektif, karena perannya cukup menjanjikan dalam menyediakan kalori dan pendukung ketahanan pangan.
Pisang dipilih karena keberadaan atau ketersediannya bisa sepanjang waktu, tumbuh hampir disetiap tempat ditanah air ini, harganya tejangkau oleh konsumen baik pedesaan maupun perkotaan, pisang dapat menjadi substitusi bahan pangan pokok selain beras, dan penyumbang devisa Negara.
Mengapa memilih topik tersebut
Pisang merupakan tanaman musiman yang tumbuh dan tersedia diseluruh tanah air kita, selain itu juga pisang merupakan sumber makanan yang mudah dibeli ataupun didapatkan oleh masyarakat serta perawatan pisang tidak perlu dilakukan secara intensif sehingga para petani bisa melakukan pertanian yang lain dalam memanfaatkan waktu luang.
Masyarakat Indonesia cenderung lebih memilih buah yang murah dan mudah didapat serta jika ingin membudidayakannya tidak perlu biaya ataupun tenaga kerja yang berlebih, hal itu bisa kita manfaatkan sebagai peluang bisnis baik itu bisnis bibit pisang, daun pisang, buah pisang, serta olahan-olahan makanan dari pisang yang dapat menghasilkan keuntungan bagi kita.










ISI
Produksi pisang di Indonesia masih banyak terpusat didaerah jawa, hampir 60% produksi pisang Indonesia dihasilkan di jawa. Sebaran produksi pisang dijawa adalah jawa barat, jawa tengah, dan jawa timur. Produsen pisang diluar jawa antara lain : lampung, sumatera utara, sumatera selatan, sumatera barat (untuk kawasan sumatera), nusa tenggara timur dan Sulawesi selatan (untuk daerah luar jawa) (Biro Pusat Statistik, 1994).
Pada sistem agribisnis, pisang digunakan untuk media mendapatkan keuntungan atau minimal mendapatkan modal untuk modal usaha selanjutnya. Pasar merupakan tempat atau media bagi para lulusan agribisnis untuk dapat menjual produk pertanian dengan harga yang layak baik itu pasar luar negeri maupun dalam negeri.
Pemasaran Pisang Dalam Negeri
Pada umumnya lokasi produsen pisang jauh dari pasar konsumen sehingga transaksi langsung antara konsumen dan produsen hampir tidak pernah terjadi. Akibat dari permasalahan tersebut banyak lembaga-lembaga pemasaran yang membentuk rantai pemasaran tertentu untuk membentuk ataupun menghubungkan antara konsumen dan produsen. Semakin panjang saluran pemasaran dari petani ke konsumen terlihat persentase bagian bagi petani akan lebih kecil. Ada anggapan bahwa petani pisang sering dirugukan oleh pedagang yang terlalu besar dalam mengambil keuntungan.
Dari rerataan harga bulanan dibeberapa kota terlihat fluktuasi harga bulanan relatif kecil, sedangkan fluktuasi untuk harga konsumen tahunan menunjukan peningkatan. Fluktuasi harga yang kecil karena ketersedian pisang tidak dipengaruhi musim, sedang perbedaan harga yang cukup mencolok antara 1997/1998 banyak disebabkan oleh menurunnya nilai rupiah sehingga buah impor meningkat harganya. Peningkatan harga tersebut menggeser permintaan buah dalam negeri sehingga harganya naik. Pasar pisang segar dalam negeri pada umumnya masih potensial dan memungkinkan menyerap pertambahan produksi yang ada (Sudaryanto, T., 1992).
Pemasaran Pisang ke Luar Negeri
Pemasaran ini pada umumnya masih sedikit terjadi hal itu disebabkan karena produktipitas petani masih dalam sekala kecil atau mereka menanam pisang hanya untuk mengisi waktu luang saja dan tidak ditekuni. Hal ini disebabkan karena mudahnya pisang didapatkan dan pisang terdapat disemua wilayah Indonesia.
Produksi pisang diindonesia pada umunya hanya dijual didalam negeri saja atau dengan bahasa lain pisang banyak diserap oleh konsumen dalam negeri saja. Akan tetapi Indonesia pernah mengekspor pisang pada tahun 1987 dengan Negara tujuan utamanya adalah cina yang besarnya dapat mencapai 53,61% dari seluruh ekspor pisang.
karena jutaan pedagang dan konsumen didalam negeri juga ingin membeli pisang tersebut.
Konsumsi pisang sebagaimana bahan makanan lainnya dipengaruhi oleh paktor ekonomi , social budaya, musim dan teknologi. Seperti kita ketahui petani Pada dasarnya masing-masing Negara sangat mengaharapkan adanya peningkatan ekspornya, namun untuk Negara Indonesia hal itu sulit dilakukan
pedesaan di Indonesia banyak menjual buah pisang hanya untuk menambah penghasilan dan tidak hanya dikonsumsi sendiri.
Konsumsi pisang di Indonesia lebih banyak diartikan karena kandungan protein dan ketersediannya sepanjang waktu dengan harga yang dapat terjangkau.
Diantara konsumsi buah-buahan dari penduduk Indonesia konsumsi pisang menduduki peringkat teratas, yang mencapai 14,21 kg pada tahun 1995. Laju pertumbuhannya menunjukan peningkatan yang sangat lambat dibandingkan dengan total pengeluaran penduduk Indonesia.
Pisang di Indonesia masih berpotensi untuk dikembangkan karena pasar dalam negeri maupun pasar diluar negeri masih potensial untuk menyerap produksi.
Dalam pengusahaan pisang, perlu diutamakan peningkatan produktivitas, pemakaian teknologi yang efisien akan diimbangi pendapatan bersih yang lebih tinggi. Produksi pisang secara agregat sangat berfluktuasi dan setiap 3 – 4 tahun tertentu menunjukan penurunan.
Pengolahan pisang di Indonesia masih sangat sedikit yang melakukannya oleh karena itu para calon sarjana agribisnis perlu mengembangkan dan mengubah pola pikir masyarakat yang cenderung tidak tahu bahkan malas agar dapat menjadi lebih berkembang lagi dan bisa memanfaatkan hasil pertanian berupa pisang menjadi suatu olahan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi keluarga mereka.
Ada beberapa cara yang sederhana dalam memanfaatkan pisang yang bisa menghasilkan uang, diantaranya :
Membuat pisang menjadi olahan makanan seperti gorengan, pisang keju, dan keripik pisang.
Menjual langsung pisang tersebut kepasar atau bisa juga digunakan sebagai alat tukar-menukar dengan barang lain.
Memanfaatkan daun pisang sebagai pembungkus makanan lainnya yang bisa menghemat biaya dalam membuat suatu olahan.
Batang pisang juga bisa digunakan untuk hiasan yang sering digunakan pada saat acara pernikahan sebagai ucapan selamat datang.
Setelah mengetahui manfaat dari pisang tersebut masyarakat tentunya akan mempertimbangkan lagi untuk melakukan pertanian pisang dimana yang dulunya masyarakat masih enggan menanam pisang sekarang pandangan itu bisa kita ubah kearah yang lebih baik lagi agar perekonomian mereka juga bisa terbantu dengan memanfaaatkan pisang tersebut.






KESIMPULAN
Dari studi pustaka yang telah diuraikan diatas dapat disusun rangkuman sebagai berikut :
Produksi pisang di Indonesia masih banyak terpusat didaerah jawa, hampir 60% produksi pisang Indonesia dihasilkan di jawa. Sebaran produksi pisang dijawa adalah jawa barat, jawa tengah, dan jawa timur. Produsen pisang diluar jawa antara lain : lampung, sumatera utara, sumatera selatan, sumatera barat (untuk kawasan sumatera), nusa tenggara timur dan Sulawesi selatan (untuk daerah luar jawa)
Pada sistem agribisnis, pisang digunakan untuk media mendapatkan keuntungan atau minimal mendapatkan modal untuk modal usaha selanjutnya. Pasar merupakan tempat atau media bagi para lulusan agribisnis untuk dapat menjual produk pertanian dengan harga yang layak baik itu pasar luar negeri maupun dalam negeri.
Produksi pisang diindonesia pada umunya hanya dijual didalam negeri saja atau dengan bahasa lain pisang banyak diserap oleh konsumen dalam negeri saja. Akan tetapi Indonesia pernah mengekspor pisang pada tahun 1987 dengan Negara tujuan utamanya adalah cina yang besarnya dapat mencapai 53,61% dari seluruh ekspor pisang.
Diantara konsumsi buah-buahan dari penduduk Indonesia konsumsi pisang menduduki peringkat teratas, yang mencapai 14,21 kg pada tahun 1995. Laju pertumbuhannya menunjukan peningkatan yang sangat lambat dibandingkan dengan total pengeluaran penduduk Indonesia.
Dalam pengusahaan pisang, perlu diutamakan peningkatan produktivitas, pemakaian teknologi yang efisien akan diimbangi pendapatan bersih yang lebih tinggi. Produksi pisang secara agregat sangat berfluktuasi dan setiap 3 – 4 tahun tertentu menunjukan penurunan
Ada beberapa cara yang sederhana dalam memanfaatkan pisang yang bisa menghasilkan uang, diantaranya : Membuat pisang menjadi olahan makanan seperti gorengan, pisang keju, dan keripik pisang. Menjual langsung pisang tersebut kepasar atau bisa juga digunakan sebagai alat tukar-menukar dengan barang lain. Memanfaatkan daun pisang sebagai pembungkus makanan lainnya yang bisa menghemat biaya dalam membuat suatu olahan. Batang pisang juga bisa digunakan untuk hiasan yang sering digunakan pada saat acara pernikahan sebagai ucapan selamat datang.

indahnya alam Indonesia


Friday, November 4, 2016

surat dari ibu

Surat Ini Kutulis Untukmu, Anakku.. Bacalah!
Anakku, Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah berpikir panjang, Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati ibu terluka…Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.Anakku…20 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembiradan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal muladari perubahan fisik dan emosi…Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.Penderitaan yang berkepanjanganmenderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakityang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan. Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia.Engkau pun lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.Telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar akuberbuat sesuatu untukmu…itulah kebahagiaanku!Kemudian, berlalulah waktu.Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu. Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selamaini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telahditakdirkan oleh-Nya.Anakku…Ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.Dan Ibu memohon kepadamu, Nak!Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!! Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.Anakku..Telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu… Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.Sekiranya engkau dimuliakan satuhari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu… Mana balas budimu, nak!?Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah ta’ala telah berfirman, “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikanpula?!” (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?!Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu? Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu . Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku! Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.Wahai anakku!Aku hanya ingin melihat wajahmu,dan aku tidak menginginkan yang lain.Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi.Anakku…Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yanglemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah rentaini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya…Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… Hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits: “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)Anakku..Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.Namun, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)Anakku..Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan ambang emas.Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telahlupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapatmenghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?Anakku,..Yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan,“Siapa dia,wahai Rasulullah?,Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)Anakku…Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak!Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkauadalah jantung hatiku… Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkauakan menjadi tua pula, dan al jaza’min jinsil amal… “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam…” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.Anakku..Bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk. Anakku… Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.Wassalam, Ibumu.